Jutaan Anak Indonesia Ditelantarkan


JAKARTA, Situasi anak-anak Indonesia masih tetap jauh dari ideal mengingat masih tetap tingginya angka penelantaran anak oleh beberapa orang paling dekat, seperti orang-tua serta anggota keluarga yang lain. Usaha perlindungan anak serta rehabilitasi belum optimal. 

Menurut data Kementerian Sosial th. 2014, ada 1, 2 juta anak berusia dibawah 5 th. yang telantar. Angka itu ditambah dengan 2, 9 juta anak telantar serta anak jalanan dan 2, 3 juta anak Indonesia berumur 7-15 th. yang putus sekolah. 

Komisioner Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto, menuturkan, di Jakarta, Kamis (23/7), bertepatan dengan peringatan Hari Anak Nasional, pemicu penelantaran anak diantaranya pola pengasuhan yang salah, kemiskinan, perseteruan keluarga, serta ketidakpedulian orang-tua pada hak-hak anak. " Orang-tua salah pengertian serta berasumsi anak juga sebagai aset hingga dapat diperlakukan semau mereka, " katanya. 

Dalam pengasuhan, disiplin sering disamaartikan dengan memakai kekerasan fisik, emosional, bahkan juga hukuman penelantaran untuk berikan anak pelajaran. Dalam pengalaman KPAI, orang-tua sering beralasan lakukan kekerasan dengan harapan anak bakal taat serta hormat. 

 " Walau sebenarnya, kepatuhan serta kedisiplinan anak dapat diraih lewat dialog yang baik. Anak yang takut pada orang-tua akan tidak tumbuh dengan rasa hormat. Orang-tua mesti tegas berikan batasan pada anak tanpa ada lupa menuturkan maksud serta faedah ketentuan-peraturan itu. Itu bakal melatih kekuatan anak mengevaluasi persoalan, " kata Susanto. 

Tidak sadar 

Deputi Bagian Keluarga Sejahtera serta Pemberdayaan Keluarga Tubuh Kependudukan serta Keluarga Merencanakan Nasional Sudibyo Alimoeso menuturkan, bentuk penelantaran bukan sekedar yang ekstrem, seperti meninggalkan anak sendirian atau tak memedulikan anak. Bentuk yang kerap tak diakui adalah membiarkan anak bergelut dengan tv dan gawai elektronik tanpa ada pengawasan. 

Walau sebenarnya, media sosial yang dibuka lewat gawai punya pengaruh negatif pada perubahan mental anak bila tak disaring dengan baik. Ide-Ide mendiskriminasi orang lain lantaran ketidaksamaan fisik, status sosial, serta agama berputar dengan bebas di media sosial. " Orang-tua serta anak juga ada didalam satu ruang, namun sama-sama cuek lantaran repot sendiri-sendiri, " tutur Sudibyo. 

Ia mewanti-wanti jangan sempat anak tidak rasakan hadirnya orang-tua. Walau bekerja, orang-tua butuh menyempatkan diri untuk berkomunikasi sehari-hari. Pemerintah Propinsi Jawa Barat, umpamanya, mempunyai ketentuan orang-tua menyempatkan minimum 20 menit sehari-hari untuk mendongeng pada anak. " Kesannya, pemerintah menyuruh warga, namun orang Indonesia biasanya susah bergerak saat sebelum di beri misal, " kata Sudibyo. (DNE)
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar